Feeds RSS

Kamis, 09 Juli 2009

Manfaat Marah-marah

Rasa marah bisa dibilang termasuk salah satu emosi dasar yang dimiliki manusia; ketika kita menghadapi suatu ancaman, maka kita dapat merasa marah dan kemudian melawan (fight) alih-alih selalu takut, lalu melarikan diri (flight). Namun walau kegunaan evolusionernya sangat luas, kini semua institusi besar dunia (termasuk agama) menganggap amarah sebagai insting hewani yang harus dikendalikan. Tentu tidak mudah untuk melakukannya; bahkan orang yang mengaku paling beradab sekalipun selalu memiliki kemungkinan untuk ‘meledak’ suatu saat. Tapi jika kita marah dalam porsi yang terkontrol (juga tepat sasaran), rupanya ada manfaat sampingan yang bisa kita rasakan. Simak dua penelitian berikut, seperti yang dilaporkan oleh situs LiveScience.

Lebih Baik Marah Daripada Takut

Pada tahun 2005 lalu, Jennifer Lerner, psikolog dari Carnegie-Mellon University, meneliti mengenai perbedaan efek yang ditimbulkan dari reaksi marah atau takut pada situasi yang penuh stres. Caranya untuk menciptakan situasi ini dalam lab pun cukup unik: Di depan kamera, ia meminta mereka untuk menghitung mundur dalam kelipatan 7 atau 13 dari angka-angka ajaib seperti 6233 atau 9095. Lerner juga membuat partisipan semakin kesal dengan menyuruh mereka mempercepat hitungan atau mengulang dari awal jika salah menyebut angka. Untuk memastikan apakah para partisipan merasa marah atau takut, rekaman video mereka dianalisis dengan mengamati tarikan otot-otot tertentu di wajah yang muncul dalam emosi marah atau takut.

Hasilnya, para subyek yang menunjukkan rasa takut lebih tinggi tekanan darah dan pengeluaran hormon stresnya daripada subyek yang menunjukkan rasa marah. Tidak hanya itu, subyek yang marah juga menunjukkan sense of control (merasa dapat mengontrol situasi) dan optimisme, sementara hal yang sama tidak terlihat pada subyek yang merasa takut. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lerner sebelumnya terhadap warga AS pasca kejadian 9/11. Mereka yang bereaksi dengan rasa marah lebih yakin dan optimis dalam menghadapi resiko daripada yang takut.

Hati Boleh Panas, Tapi Kepala Harus Tetap Dingin”

Penelitian lain mengenai efek lain dari rasa marah datang dari Wesley Moons dan Diane Mackey, psikolog dari University of California. Ia memberi dua perlakuan berbeda pada dua kelompok partisipan: meminta mereka menuliskan pengalaman saat mereka begitu marah, atau meminta mereka menuliskan harapan dan impiannya yang kemudian dikritik oleh partisipan lainnya. Diikutsertakan pula sekelompok partisipan yang tidak diberi perlakuan apapun sebagai kelompok kontrol. Ketiga kelompok itu kemudian diminta untuk membaca dua esai argumentatif; satu didukung oleh fakta-fakta ilmiah dan ‘ditulis’ oleh pihak yang kredibel, sementara esai lain tidak memiliki keduanya.

Moons dan Mackey menemukan bahwa para partisipan yang marah akan menjadi lebih analitis; mereka dapat membedakan antara argumentasi yang kuat dengan yang lemah, serta merasa lebih teryakinkan oleh esai yang memiliki argumentasi kuat. Hal ini tidak ditemukan pada partisipan yang tidak marah. Ketika eksperimen diulangi pada partisipan yang memang ‘berkepribadian’ tidak jeli, ternyata rasa marah juga dapat membuat mereka lebih kritis dan hati-hati dalam melihat suatu permasalahan. Menurut para peneliti itu, rasa marah membantu seseorang untuk mendasarkan keputusan mereka pada inti masalah yang benar-benar penting dan mengabaikan yang kurang penting.

Baca Petunjuk Penggunaannya

Meski kedua penelitian di atas menunjukkan efek positif dari rasa marah, ini bukan berarti kemudian kita bisa marah-marah sepuasnya dan seenaknya. Rasa marah yang eksplosif, intens, dan berkepanjangan sudah lama diketahui menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, masalah paru-paru, dan penyembuhan luka yang lebih lama. Tapi dalam situasi menekan di mana reaksi marah dapat ‘dibenarkan’, marah dalam kadar yang terkontrol dan singkat bisa menjadi respon yang sehat dan adaptif.

Sumber:
Anger is Good for You – LiveScience
Anger Fuels Better Decisions
– LiveScience

(popsy.wordpress.com )

Mengenali Diri Anda dari Panjang Jari Tangan

Palmistri, atau ilmu membaca tangan, adalah salah satu ilmu semu (pseudoscience) yang masih cukup bertahan hingga abad modern ini. Asumsi dasarnya adalah adanya garis-garis tertentu di telapak tangan anda yang menggambarkan kepribadian anda dalam bidang-bidang tertentu. Sebagai contoh, garis yang dimulai dari bawah tengah telapak tangan dan kemudian berbelok ke sela antara jempol dan telunjuk (disebut life line) diyakini menggambarkan vitalitas, kekuatan, dan kesehatan si empunya tangan. Tidak hanya itu, palmistri juga mengasumsikan guratan-guratan itu dapat menandakan seperti apa masa depan anda. Garis yang disebutkan di atas tadi, misalnya, dipercaya dapat meramalkan perubahan-perubahan penting dalam hidup, seperti bencana atau kecelakaan.

Tentu pola pikir semacam ini tidak mendapat tempat dalam ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Namun, ilmu pengetahuan mengakui kalau dirinya tak sempurna; ia tetap terbuka pada pada perkembangan dan kemajuan baru selama telah melewati kaidah keilmuan yang benar. Termasuk soal palmistri ini: beberapa penelitian ilmiah telah menemukan bahwa memang ada hubungan antara tangan –jari tangan untuk lebih spesifiknya– dengan berbagai karakteristik pikiran dan kepribadian kita.

Dari Nilai Tes, Daya Tarik, Hingga Kecenderungan Homoseksual

Baru-baru ini, Yahoo!News (via LiveScience.com) mengutip temuan Mark Brosnan dari University of Bath, yang melihat hubungan antara perbedaan panjang jari telunjuk dan jari manis pada anak-anak sekolah dengan nilai SAT (Scholastic Assessment Test) mereka, sebuah tes kemampuan akademik yang umum digunakan di Inggris. Brosnan menemukan bahwa anak-anak yang memiliki jari manis yang lebih panjang dibandingkan jari telunjuk memiliki nilai matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bahasanya (menulis dan pemahaman bacaan). Sebaliknya, anak-anak dengan jari telunjuk yang lebih panjang pun nilai bahasanya lebih tinggi dibandingkan nilai matematikanya.

Ada lagi beberapa penelitian mengenai hal ini yang terkait dengan karakteristik laki-laki. LiveScience.com pada tahun 2005 melaporkan temuan University of Alberta mengenai perbedaan panjang jari manis versus telunjuk pada laki-laki yang terkait dengan agresivitas. Menurut Peter Hurd, penelitinya, semakin lebih panjang jari manis dibandingkan dengan telunjuk, semakin besar pula tingkat agresivitas yang dimiliki laki-laki yang menjadi subyek penelitian. Pada tahun yang sama, Hurd bersama rekannya Allison Bailey juga menemukan bahwa laki-laki yang perbedaan panjang jari telunjuk-manisnya kecil atau hampir tidak ada, lebih rentan terkena depresi. Tahun 2004, Roney dan Maestripieri meneliti mengenai perbedaan panjang jari ini pada laki-laki dan pengaruhnya pada interaksi sosial dengan perempuan. Hasilnya, laki-laki yang dinilai lebih menarik secara fisik dan dilihat lebih agresif melakukan PDKT (courtship behaviors) oleh perempuan ternyata cenderung memiliki perbedaan panjang jari telunjuk-manis yang lebih besar.

Terakhir, John T. Manning pada tahun 2002 menulis mengenai perbedaan ini dalam bukunya, Digit Ratio: A Pointer to Fertility and Human Health. Laki-laki yang perbedaan panjang jarinya besar cenderung lebih subur, lebih lama masa reproduktifnya, lebih agresif dan asertif, memiliki kemampuan musik dan olahraga yang lebih tinggi, namun juga lebih tinggi kecenderungannya memiliki orientasi homoseksual atau biseksual. Bagaimana dengan laki-laki yang perbedaan panjang jarinya kecil atau tidak ada? Jangan kuatir, anda hanya lebih rentan terkena penyakit jantung di masa muda. Hasil yang berlawanan ditemukan pada perempuan. Perempuan yang perbedaan panjang jarinya besar cenderung memiliki orientasi homoseksual atau biseksual serta lebih agresif dan asertif, sementara yang perbedaan panjang jarinya kecil atau tidak ada cenderung lebih subur, lebih lama masa reproduktifnya, namun berisiko lebih tinggi mengidap kanker payudara.

Sumber Biologis dan Signifikansinya

Kalau anda sekarang tidak bertanya-tanya mengenai apa hubungannya panjang jari tangan dengan semua ini, anda pasti sedang mencari-cari cara untuk memanjangkan atau memendekkan salah satu jari anda. Untuk itu, ada kabar buruk dan kabar baik buat anda. Kabar buruknya, perbedaan ini ditentukan ketika anda masih merupakan seonggok janin di trimester pertama kehidupan anda di dalam rahim, sehingga tidak ada satu halpun yang bisa anda lakukan untuk mengubahnya. Rupanya, hal ini terkait dengan paparan hormon-hormon seksual, yaitu androgen dan testosteron, pada janin. Hormon testosteron (yang dominan dimiliki laki-laki), ternyata, kemudian mempengaruhi perkembangan panjang jari manis, sementara hormon androgen (yang dominan dimiliki perempuan) mempengaruhi perkembangan panjang telunjuk.

Lalu apa kabar baiknya? Meskipun terdapat keterkaitan, namun secara statistik kaitan antara perbedaan panjang jari dengan hal-hal di atas tidak terlalu besar. Dari penelitian yang dilakukan Hurd (2005), misalnya, diketahui bahwa perbedaan panjang jari hanya menyumbang 5% terhadap agresivitas, sementara 95%-nya ditentukan faktor-faktor lain (di sisi lain juga harus dicatat, sumbangan 5% dari hal sesepele panjang jari tangan bisa dikatakan cukup lumayan juga). Selain itu, ternyata faktor ras kemungkinan juga mempengaruhi panjang jari tangan, sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan di atas belum tentu menghasilkan temuan yang sama jika digunakan orang-orang Asia sebagai sampelnya. Karena itu, untuk saat ini sepertinya lebih baik jika anda belajar lebih tekun atau mengasah kemampuan komunikasi anda jika ingin sukses dalam ujian atau mencari pacar.

Sumber:
Entri Wikipedia Mengenai Palmistri
Entri Wikipedia Mengenai Digit Ratio
Yahoo! News – Finger Length Predicts SAT Performance
LiveScience.com – Finger Length Predicts SAT Performance
LiveScience.com – Finger Length Predicts Agression in Men

Bailey, A. A., & Hurd, P. L. (2005). Depression in men is associated with more feminine finger length ratios. Personality and Individual Differences (39), 829-836
. (pdf)
Roney, J. R., & Maestripieri, D. (2004). Relative digit lengths predicts men’s behavior and attractiveness during social interactions with women. Human Nature (15)3, 271-282
. (pdf)
Digit Ratio: A Pointer to Fertility and Human Health
(review)
Kumpulan Tautan Penelitian Mengenai Tangan:

Publications on Dermatoglyphics and Hand Creases

(popsy.wordpress.com)

Beda Pria dan Wanita buat Urusan Asmara


Sebagai wanita tentu Anda pernah bertanya-tanya mengapa pasangan yang sepertinya sangat klop dalam beberapa hal ternyata dapat menjadi “makhluk asing” yang terkadang sungguh berbeda dari bayangan Anda. Nah, mungkin beberapa penjelasan di bawah ini dapat membuka mata Anda mengenai perbedaan wanita dan pria dalam urusan asmara.

Kebanyakan pria masih saja takut mengungkapkan rasa sayang dan cintanya pada Anda dengan kata-kata. Seperti wanita, pria sebenarnya menyukai penjajakan (pendekatan) dengan didasari suka sama suka, sebelum akhirnya mengucap kata cinta. Jadi, jangan terlalu berharap dapat mendengarkan kata cinta dari mulutnya seperti kebanyakan lagu-lagu boysband yang terlalu mengobral kata cinta. Pria tidak lagi memasukkan kata-kata itu di dalam kamus percintaannya. Karena di samping akan mendapat julukan “buaya” dari wanita incarannya, kini mereka juga sudah menyadari bahwa kata-kata itu terkesan “basi”. Memang, buat sebagian wanita, pengungkapan kata cinta itu adalah urusan yang mudah. Tapi tidak bagi pria. Kenapa ? Karena jika mereka mengucapkan kata itu terlalu lantang, mereka khawatir mendapat penolakan dari wanita yang diajakinya untuk mengikrarkan suatu hubungan cinta. Malah jika hal itu sampai terjadi, mereka berarti sudah dipermalukan. Ketika sudah “jadian” pun, jangan terlalu merasa Andalah orang satu-satunya yang sangat disayang dan dicintainya. Karena seperti di dalam laut yang ikannya beraneka ragam dan banyak sekali.

Ini sama saja dengan prinsip jika ia sedang bersama-sama Anda berarti ia tidak dapat bersama yang lainnya, dan sebaliknya. Jadi, kalau hubungan ini terasa belum jelas sekali, jangan coba-coba membuat peraturan-peraturan yang memberatkan Anda dan dia. Soalnya mungkin saja pada masa itu, Anda maupun pasangan Anda masih belum menemukan kecocokan, dan masih bingung menentukan pilihan. Karena mungkin saja si dia masih ingin mendekati wanita lain yang juga terasa dekat di hatinya dan disayanginya. Dan jika si dia sedang melakukan itu, berarti ia sedang menjajaki dan memperjelas pilihannya itu. Pilih Anda atau yang lain.

Nah, kalau Anda benar-benar sayang dan mencintainya dan ingin bersabar, yah, tinggal ditunggu saja, perasaan seseorang tidak akan bohong karena cinta tidak dapat dipaksakan. Entah si dia bakal menjauh atau malah makin lengket dengan Anda. Jadi, selama menunggu, ada baiknya juga kalau kita melakukan seleksi pada beberapa pria yang lumayan dekat dan menyukai kita. That’’s fair, right ? Tapi yang satu ini beda, Anda (wanita) kebanyakan suka “ember” bercerita tentang kegiatan kita bersama si dia. Beda dengan pria. Yang namanya cowok paling malas cerita sama Anda soal hal-hal intim yang pernah mereka lakukan. Mereka tidak ingin kegiatan ini menjadi go-public dan malah sampai membuat hubungan Anda berdua menjadi meradang. Sepertinya mereka juga tidak suka jika kegiatan yang dilakukan bersama-sama Anda ini sampai terkupas tuntas dengan teman-teman Anda. Jadi, lebih baik, Anda lihat-lihat teman dulu sebelum menceritakan yang satu ini dengannya, daripada perang dunia dengan doi.

Kalau urusan belanja, lain lagi ceritanya. Belanja berdua dengan pasangan boleh-boleh saja. Tapi Anda harus mengerti kalau kebiasaan belanja pria itu lain dengan wanita. Pria menginginkan segalanya to the point, dalam arti begitu datang ke pusat perbelanjaan, mereka biasanya mencermati satu barang yang diinginkannya, membandingkan dengan merek lain, dan tidak ragu-ragu untuk langsung mencomot dan membayar barang itu di kasir. Tidak seperti wanita, yang kerjanya hanya cuci mata, banding sana-sini, tapi akhirnya tidak jadi beli karena terlalu banyak barang bagus yang harus dibeli dan terlalu banyak pertimbangan. Jadi, jangan sampai pasangan Anda menjadi tersiksa karena harus berlama-lama menemani Anda belanja, apalagi kalau just shopping without buying.

Anda juga perlu memperhatikan yang ini. Ketika cinta seorang pria telah diterima oleh wanita yang disayanginya, itu berarti ia telah resmi mempunyai hubungan yang lebih dari sekadar persahabatan dengan wanita tersebut. Dan secara otomatis, pria yang mempunyai pasangan itu akan menjadi lain di mata sohib-sohib teman nongkrongnya. Misalnya, mulai jarang bermain ataupun pergi dengan teman-temannya karena ia ingin ataupun diminta kekasih barunya untuk selalu berada di dekatnya dan menemaninya dalam beraktivitas. Atau, yang dulunya suka kumpul bareng teman-teman se-gank untuk nge-band lagu-lagu jazz, kini cenderung memilih jenis musik bertemakan cinta.

Jika pada tahap awal, pasangan Anda menunjukkan tanda-tanda perubahan sikap, itu bukan berarti ia berubah total, bisa saja ia melakukan hal itu hanya karena ingin menyenangkan hati kita saja. Tapi Anda juga perlu curiga ketika terlalu sering melihat pasangan Anda mau saja disuruh ini dan itu, perhatikan sikapnya itu. Pria seperti itu malah terlihat tidak mempunyai kepribadian dan tidak bisa dijadikan tempat berlindung untuk kita. Intinya, Anda maupun pasangan harus dapat menerima masing-masing kepribadian dengan apa adanya, tentunya untuk saling mengerti diperlukan kesabaran. Jika memang ada satu - dua perilaku yang harus diubah, ya ubahlah, akan tetapi jangan lupa untuk mengompromikannya terlebih dahulu, karena tidak semua orang suka dengan perubahan.

Ketika kita baru meresmikan hubungan cinta dengan pasangan, rasanya beda sekali dengan pasangan yang sudah menjalaninya selama beberapa tahun. Inginnya selalu bertemu, dan terasa selalu kangen. Belum lagi, jika Anda terjangkit virus senyuman si dia yang belakangan ini menjadi sindrom yang selalu kambuh ketika teringat tingkah polahnya yang lucu dan seksi. Kalau bisa, Anda berdua pasti ingin 7 hari seminggu 24 jam selalu berada di dekatnya. Tapi, apakah si dia juga berpikiran seperti itu terhadap kita ? Tidak! Tidak semua pria mempunyai perasaan dan keinginan yang terlalu “dalam” seperti itu terhadap pasangannya. Dan hal ini pula yang membuat mereka tidak ingin memberitahu ataupun membicarakan hal ini dengan Anda. Mereka takut Anda menjadi sakit hati, kesal ataupun marah padanya. Mestinya, kitalah yang harus mengerti kalau ada beberapa situasi dan kondisi yang memang wajar dan sepantasnya tidak dilakukan bersama-sama. Seperti Anda, mereka pun masih ingin melakukan aktivitas kesehariannya, melakukan hobinya, atau kumpul-kumpul bareng dengan teman-teman se-gank-nya, atau menghabiskan weekend bersama keluarganya. Jangan menganggap cinta sama dengan sebuah lem perekat super yang dapat membuat pasangan Anda selalu dekat di manapun kita berada.

Jadi, jika masalah-masalah di atas ini sudah mulai bermunculan mengiringi kisah percintaan Anda berdua, sebaiknya dibicarakan dengan jelas dan dari hati ke hati. Jangan sampai masalah ini menjadi perusak hubungan Anda berdua. Dan jika pasangan Anda uring-uringan dengan sikap dan perilaku Anda, tunjukkan saja padanya kalau Anda masih tetap sayang, dan selalu memperhatikannya. Dijamin hubungan cinta yang mesra seperti dulu terjadi lagi.

(sumber: Artikle.wordpress.com)

Cerita Tentang Katak

Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil yang menggelar lomba lari. Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta…
Perlombaan dimulai…
Secara jujur:
Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil akan bisa
mencapai puncak menara.
Terdengar suara:

Oh, jalannya terlalu sulitttt!!
Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak.”
atau:

Tidak ada kesempatan untuk berhasil…Menaranya terlalu tinggi…!!

Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu… Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan-lahan semakin tinggi…dan semakin tinggi..
Penonton terus bersorak

Terlalu sulit!!! Tak sekatakpun akan berhasil!”

Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah…Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi…

Dia tak akan menyerah!.

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak!
SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan?
Ternyata…
Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!

Kata bijak dari cerita ini adalah:
Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis… .karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu.”

Selalu pikirkan kata-kata bertuah yang ada. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu!

Karena itu:
Tetaplah selalu….POSITIVE!

Dan yang terpenting:
Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu!
Selalu berpikirlah:

I can do this!

(www.emotivation.com)

Lingkungan Kita adalah Pikiran Kita


Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih.Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya.

“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu.

“Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini”.

Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”, tersenyum penuh simpati.

“Mari kita pelajari keadaan anda,” katanya Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

“Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam kesedihan.

“Aku sudah tak punya apa-apa lagi.”

“Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman.

“Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku!”

“Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias.

“Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan “Istri yang amat mencintai”.

“Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?”

“Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!”

“Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada dalam penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.

Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri.

“Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, duniapun akan terjungkir balik. Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif.

Tuliskanlah hal-hal positif yang Kita pernah dan sedang miliki dalam hidup ini, bebaskan pikiran-pikiran kita dari hal-hal negatif yang hanya akan menyedot energi negatif dari luar diri kita. Dengan berfikir positif kehidupan ini akan terasa amat indah dan tidaklah sekejam yang kita bayangkan. Objek-objek yang berada di sekitar kita akan sangatlah tergantung dari bagaimana cara kita memandang dan mempersepsikannya. Lingkungan Kita adalah Pikiran Kita. Lingkungan akan berbuat positif kepada Kita jika Kita mempersepsikannya baik, sebaliknya Lingkungan akan berbuat negatif kepada kita ketika kita mempersepsikan sebaliknya.

(sumber: www.emotivasi.com)