Feeds RSS

Kamis, 09 Juli 2009

Manfaat Marah-marah

Rasa marah bisa dibilang termasuk salah satu emosi dasar yang dimiliki manusia; ketika kita menghadapi suatu ancaman, maka kita dapat merasa marah dan kemudian melawan (fight) alih-alih selalu takut, lalu melarikan diri (flight). Namun walau kegunaan evolusionernya sangat luas, kini semua institusi besar dunia (termasuk agama) menganggap amarah sebagai insting hewani yang harus dikendalikan. Tentu tidak mudah untuk melakukannya; bahkan orang yang mengaku paling beradab sekalipun selalu memiliki kemungkinan untuk ‘meledak’ suatu saat. Tapi jika kita marah dalam porsi yang terkontrol (juga tepat sasaran), rupanya ada manfaat sampingan yang bisa kita rasakan. Simak dua penelitian berikut, seperti yang dilaporkan oleh situs LiveScience.

Lebih Baik Marah Daripada Takut

Pada tahun 2005 lalu, Jennifer Lerner, psikolog dari Carnegie-Mellon University, meneliti mengenai perbedaan efek yang ditimbulkan dari reaksi marah atau takut pada situasi yang penuh stres. Caranya untuk menciptakan situasi ini dalam lab pun cukup unik: Di depan kamera, ia meminta mereka untuk menghitung mundur dalam kelipatan 7 atau 13 dari angka-angka ajaib seperti 6233 atau 9095. Lerner juga membuat partisipan semakin kesal dengan menyuruh mereka mempercepat hitungan atau mengulang dari awal jika salah menyebut angka. Untuk memastikan apakah para partisipan merasa marah atau takut, rekaman video mereka dianalisis dengan mengamati tarikan otot-otot tertentu di wajah yang muncul dalam emosi marah atau takut.

Hasilnya, para subyek yang menunjukkan rasa takut lebih tinggi tekanan darah dan pengeluaran hormon stresnya daripada subyek yang menunjukkan rasa marah. Tidak hanya itu, subyek yang marah juga menunjukkan sense of control (merasa dapat mengontrol situasi) dan optimisme, sementara hal yang sama tidak terlihat pada subyek yang merasa takut. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lerner sebelumnya terhadap warga AS pasca kejadian 9/11. Mereka yang bereaksi dengan rasa marah lebih yakin dan optimis dalam menghadapi resiko daripada yang takut.

Hati Boleh Panas, Tapi Kepala Harus Tetap Dingin”

Penelitian lain mengenai efek lain dari rasa marah datang dari Wesley Moons dan Diane Mackey, psikolog dari University of California. Ia memberi dua perlakuan berbeda pada dua kelompok partisipan: meminta mereka menuliskan pengalaman saat mereka begitu marah, atau meminta mereka menuliskan harapan dan impiannya yang kemudian dikritik oleh partisipan lainnya. Diikutsertakan pula sekelompok partisipan yang tidak diberi perlakuan apapun sebagai kelompok kontrol. Ketiga kelompok itu kemudian diminta untuk membaca dua esai argumentatif; satu didukung oleh fakta-fakta ilmiah dan ‘ditulis’ oleh pihak yang kredibel, sementara esai lain tidak memiliki keduanya.

Moons dan Mackey menemukan bahwa para partisipan yang marah akan menjadi lebih analitis; mereka dapat membedakan antara argumentasi yang kuat dengan yang lemah, serta merasa lebih teryakinkan oleh esai yang memiliki argumentasi kuat. Hal ini tidak ditemukan pada partisipan yang tidak marah. Ketika eksperimen diulangi pada partisipan yang memang ‘berkepribadian’ tidak jeli, ternyata rasa marah juga dapat membuat mereka lebih kritis dan hati-hati dalam melihat suatu permasalahan. Menurut para peneliti itu, rasa marah membantu seseorang untuk mendasarkan keputusan mereka pada inti masalah yang benar-benar penting dan mengabaikan yang kurang penting.

Baca Petunjuk Penggunaannya

Meski kedua penelitian di atas menunjukkan efek positif dari rasa marah, ini bukan berarti kemudian kita bisa marah-marah sepuasnya dan seenaknya. Rasa marah yang eksplosif, intens, dan berkepanjangan sudah lama diketahui menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, masalah paru-paru, dan penyembuhan luka yang lebih lama. Tapi dalam situasi menekan di mana reaksi marah dapat ‘dibenarkan’, marah dalam kadar yang terkontrol dan singkat bisa menjadi respon yang sehat dan adaptif.

Sumber:
Anger is Good for You – LiveScience
Anger Fuels Better Decisions
– LiveScience

(popsy.wordpress.com )

0 komentar:

Posting Komentar